blogspot visitor
Pendidikan Seks: MENYELAMATKAN ANAK-ANAK MUDA DARI BAHAYA PMS

Selasa, 15 Februari 2011

MENYELAMATKAN ANAK-ANAK MUDA DARI BAHAYA PMS

Hari ini, 23 Juli 2001, ditengah hiruk pikuk politik yang menegangkan, kita memperingati Hari Anak Nasional. Peringatan ini ditandai dengan godaan, gangguan dan bahaya kesehatan reproduksi remaja yang tidak kalah seremnya. Menurut angka-angka sementara BPS, anak-anak muda usia 10 - 19 tahun yang jumlahnya sekitar 22 persen dari penduduk Indonesia, atau anak-anak usia 7 - 24 tahun yang jumlahnya sekitar 62 persen dari penduduk di pedesaan dan sekitar 38 persen dari penduduk di perkotaan mempunyai pengetahuan yang sangat rendah untuk menghadapi godaan kesehatan reproduksi yang makin dahsyat dewasa ini.
  
Menurut data BPS lebih lanjut, anak-anak usia 5 - 9 tahun yang semestinya sudah siap masuk sekolah, baik taman kanak-kanak maupun SD, sebagian besar atau sekitar 37,5 persen masih belum sekolah. Anak-anak usia 15 - 19 tahun yang drop out jumlahnya masih bisa mencuat sekitar 45 - 50 persen. Lebih dari itu Survey lain oleh UNPAD sekitar tahun 1999 mencatat bahwa hanya sekitar 5 persen anak-anak muda itu mengetahui tentang bahaya Penyakit Menular Seksual (PMS), hanya 30 persen dari anak-anak muda itu mengetahui tentang Masa Subur, dan hanya sekitar 50 persen anak-anak muda itu mengetahui apa arti Pubertas dan segala resiko yang bisa menggoda. Padahal biarpun banyak yang drop-out, anak-anak muda dewasa ini mempunyai masa saling berhubungan dan bergaul bebas yang luar biasa banyak dan lamanya. Pergaulan bebas yang banyak dan lama tanpa disertai pengetahuan tentang reproduksi yang sangat minimal itu sungguh sangat menyedihkan dan membahayakan.

Kita berharap bahwa Peringatan Hari Anak Nasional tahun ini bisa memicu bangkitnya tekad bersama untuk memberikan perhatian yang sungguh-sungguh terhadap dunia anak dan dunia anak muda yang kita harapkan bisa menjadi calon-calon pemimpin bangsa masa depan itu. Kita berharap bahwa peringatan kali ini bisa menjadi momentum untuk merangsang semua pihak mengembangkan pikiran jernih untuk melihat kenyataan bahwa negara dan bangsa kita mengalami ledakan angkatan muda yang tidak kalah serunya dibandingkan dengan ledakan bayi dimasa lalu. Karenanya semua pihak diharapkan mengembangkan sikap yang realitistis dengan memberi perhatian dan kepedulian yang tinggi, saling gotong royong membantu memikirkan cara terbaik agar generasi muda dapat dientaskan dari ketertinggalan dan kebodohan dalam pengertian dan pengetahuan tentang kesehatan reproduksi. 

Kita  berharap  agar  momentum ini menjadi  awal  dari  usaha  yang  sungguh - sungguh untuk mengembangkan kultur yang makin kondusif agar lembaga-lembaga keluarga, lembaga masyarakat seperti sekolah, organisasi kemasyarakatan remaja dan orang tua, serta organisasi-organisasi yang memang siap bergerak untuk itu dapat makin meningkatkan kemampuan dan mutunya untuk bisa membantu setiap anak muda menyadari pentingnya mengetahui masalah kesehatan reproduksi, makin menghayati, serta bisa menjaga diri untuk menghindari sikap dan tingkah laku yang merugikan diri sendiri serta masa depan keluarganya.

Lembaga-lembaga masyarakat kiranya dapat memperoleh sarana-sarana yang diperlukan agar para pelaksana dapat membantu pemberdayaan generasi muda dengan mengembangkan program-program advokasi, informasi, edukasi dan pelayanan yang bermutu, dapat diandalkan dan disukai oleh generasi muda sendiri (user friendly). 

Dengan memberikan informasi, pendidikan dan pelayanan reproduksi remaja, kita tidak usah takut kehilangan ciri ketimuran yang beradab. Bahkan apabila kita tidak segera bertindak, sementara anak-anak muda sekarang menerima informasi yang sangat terbuka dengan variasi yang sangat luas, tidak lagi bisa kita saring dengan segala macam sekat, bisa-bisa kita akan menyesal melihat akibatnya dikemudian hari. Informasi yang 
sering menyesatkan itu datang setiap saat di kamar tidur, di jalan, di sekolah, di tempat bermain, dan dimana saja. Karena itu kita harus segera membantu anak-anak muda dengan kemampuan analisis yang tangguh atas segala informasi dan bahan-bahan yang masuk dari segala penjuru itu dengan tajam dan bijaksana. Bahan - bahan yang kita berikan harus lebih bermutu, disebarkan secara luas dan terbuka agar kemampuan anak - anak muda segera dapat ditingkatkan. 

Perhatian dan kepedulian itu tidak bisa hanya menjadi sikap pasip saja, tetapi harus diikuti dengan langkah-langkah nyata yang segera dapat dirasakan masyarakat banyak. Langkah-langkah nyata itu intinya adalah advokasi dan kebijaksanaan penanganan kesehatan reproduksi remaja yang komprehensip. Penanganan itu harus diwujudkan dalam program-program terpadu dan saling berkaitan agar anak-anak muda tidak terombang - ambing dengan sikap dan tingkah laku yang ambivalen atau gagasan abstrak yang kosong dan hanya bisa mendorong mencari jalan yang salah. 

Kita telah melihat dengan nyata gambaran suram yang mengerikan. Sering dilaporkan dalam survey-survey kasus adanya lebih dari 4,1 juta pengguna napza, dimana sekitar 40 persen atau lebih adalah anak-anak muda remaja. Survey lain ada yang menunjukkan bahwa dalam kelompok-kelompok remaja semacam ini tidak kurang dari 40 persen telah melakukan hubungan seksual sebelum nikah, melakukan aborsi dengan berbagai 
komplikasinya atau bahkan melahirkan bayi dengan sembunyi dan tidak jarang berakhir dengan kematian. 

Anak-anak muda umumnya merasa tahu, tetapi sebenarnya tidak tahu secara benar tentang apa itu reproduksi remaja. Mereka tidak bisa berpaling kepada orang tuanya karena orang tua pantang memberi tahu tentang hal yang "tabu", atau karena orang tua "memang tidak tahu". Namun kita yakin bahwa apabila seluruh masyarakat membangun tekad baru dan peduli terhadap masalah reproduksi remaja dan bergerak secara dinamis, mudah - mudahan kita masih bisa menyelamatkan generasi muda yang melimpah itu. 

Semoga. (Prof. Dr. Haryono Suyono, Pengamat Sosial Kemasyarakatan) - 
Pengantar-SKP-23072001 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar