blogspot visitor
Pendidikan Seks: BAHAYA REPRODUKSI YANG MENGERIKAN

Selasa, 15 Februari 2011

BAHAYA REPRODUKSI YANG MENGERIKAN

Agar tak terjadi hal - hal seperti dibawah ini maka di perlukan pengetahuan tentang pengaman / kontrasepsi berikut link yg berisi macam - macam alat kontrasepsi :  http://yaniedu.blogspot.com/2011/01/kontrasepsi-untuk-perempuan-berusia.html

Dengan sangat serius Afrika melakukan serangan balik yang sangat dahsyat. Mereka mengejar sahabatnya di Asia dengan dinamika kependudukan yang tinggi dan gangguan masalah - masalah reproduksi yang sangat mengerikan. Berkat revolusi dan kemerdekaan yang dengan cepat menjalar dari satu negara ke negara lain, Afrika segera dikejar oleh arus meng-kota-nya masyakarat yang tinggi serta ledakan generasi muda yang dinamis. Tingkat kesehatan, pendidikan, serta kondisi ekonomi yang porak poranda karena tidak terurus sebelumnya menjadikan generasi muda Afrika tergoda budaya negatif perkotaan yang bebas dan permisif. Akibatnya banyak anak muda dari beberapa negara di Afrika terserang virus HID/AIDS yang mematikan.

Gangguan reproduksi itu sungguh sangat mengerikan. Kalau pada tingkat dunia ada sekitar 514.000 ibu - ibu meninggal dunia setiap tahun kerana komplikasi kandungan dan melahirkan, atau setiap menit ada seorang ibu meninggal dunia karena komplikasi tersebut. Yang lebih menyedihkan adalah bahwa 99 persen dari kejadian itu ada di negara berkembang. Dalam hubungan dengan HIV/AIDS bahayanya menjadi rangkap dua karena ibu yang mengidap HIV/AIDS dapat menularkannya kepada anak-anaknya, terutama yang masih menyusuhi. Pada akhir tahun 2000 sekitar 4,3 juta anak-anak muda dibawah usia 15 tahun meninggal dunia sejak menjalarnya virus HIV/AIDS. Tidak kurang dari 1,4 juta anak-anak mengidap virus ini, yang separonya baru ditularkan dalam 12 bulan terakhir.

Secara tidak adil Afrika dianggap gudangnya, Afrika dewasa ini dijuluki sebagai pusat dari negara-negara yang dapat dikategorikan sebagai pusat menjalarnya penyakit-penyakit yang disebabkan karena masalah reproduksi remaja sperti penyakit menular seksual (PMS), HIV/AIDS, dan gangguan remaja lain seperti mabuk-mabuk minuman keras, kecanduan narkotika, dan kekerasan antar remaja termasuk kekerasan seksual. Dari sekitar 5,3 juta orang yang baru terkena infeksi HIV/AIDS di tahun 2000 diseluruh dunai ternyata lebih separonya adalah generasi muda. Yang mengerikan adalah 95 persen mereka yang terinfeksi HIV/AIDS itu ada di negara berkembang. Dan Afrika dianggap tuan rumah dari 70 persen orang dewasa yang terkenan infeksi tersebut. Bahwa 80 persen anak-anak yang hidup dengan HIV/AIDS dari seluruh duna ada di Afrika.

Lebih dari itu data PBB juga mengungkapkan bahwa anak-anak gadis di Afrika mempunyai resiko terkena HIV/AIDS dengan skala lima kali lebih tinggi dibandingkan dengan rekan-rekan prianya. Sebab sangat sederhana, pengetahuan anak-anak gadis tersebut tentang remproduksi remaja sangat rendah dan mereka menganggap ganti-ganti pacar serta hubungan suami istri diluar perkawinan adalah hal biasa saja.

Salah satu negara dibagian selatan, yaitu Afrika Selatan, menurut catatatn PBB mempunyai jumlah penderita HIV/AIDS yang terbesar di seluruh dunia, yaitu sekitar 4,2 juta orang. Botwana suatu negara kecil disana konon dikabarkan bakal kehilangan generasi mudanya karena tingkat prevalensi HIV/AIDS dari generasi mudanya tidak kurang dari 35 persen, yang berarti satu dari setiap tiga generasi muda sedang mengidap virus HIV/AIDS yang tidak dapat disembuhkan itu. Di Kenya setiap hari ada sekitar 700 orang meninggal dunia karena HIV/AIDS. Lebih lanjut dari itu dewasa ini ada sekitar 16 negara di Afrika yang lebih dari 10 persen anak-anak mudanya sedang terjangkit virus HIV/IADS tersebut. Keadaan yang mengerikan itu membuat PBB yang sementara ini mencatat jumlah kasus HIV/AIDS di Sub-Sahara Afrika sekitar 25,3 juta dan di Afrika Utara dan Timur Tengah sekitar 400.000 orang menjadi agak ragu-ragu atas catatannya itu.

Serangan dahsyat wabah virus HIV/AIDS itu baru terjadi mulai sekitar tahun 70-an atau awal 80-an, bahkan beberapa negara baru menerimanya pada akhir tahun 80-an, tetapi kerana dibarengi dengan dinamika kependudukan, generasi muda dan kehidupan yang bebas dan sangat permisif, perkembangan penyebarannya menjadi sangat tinggi. Disamping itu lembaga - lembaga resmi seperti pemerintah, kaum penggerak dan para orang tua dalam keluarga tadinya memandang masalah ini sebagai masalah yang sangat pribadi dan dianggap menjadi tanggung jawab pribadi atau masing-masing keluarga. Bahkan ada pula yang menganggap hal ini merupakan konsekwensi dari kemerdekaan, kebebasan dan hak-hak asazi yang menjadi pilihan setiap individu, terutamanya generasi muda untuk menentukan sendiri kehidupan pribadinya dengan reproduksi menurut pilihannya sendiri. Mereka sekarang sadar. Mereka melakukan serangan balik yang gagap gempita. Gerakan itu mendapat bantuan UNAIDS, UNFPA, dan lembaga-lembaga internasional lainnya, termasuk lembaga “Partners on Population and Development”, dimana Indonesia sebagai Ketua Gerakan Non Blok pernah ikut menjadi badan pendirinya di tahun 1994/1995 telah memobilisasi gerakan kemitraan gotong royong sangat intensif. Di Sub-Sahara Afrika, negara-negara dengan prevalensi yang sangat tinggi, Partners, Bill and Melinda Gates Foundation, dan UNFPA telah bekerja keras mempersiapkan komitmen dan kader-kader pimpinan masa depan dengan meningkatkan kesadaran masyakarat dan kemampuan dan komitmen mereka terhadap upaya-upaya pencegahan dan penanganan masalah reproduksi remaja yang sangat mengerikan itu. Suatu latihan besarbesaran sedang diadakan di Zimbabwe dan akan segera diadakan di beberapa negara lain dengan peserta para pejabat senior yang mengikutinya dengan penuh perhatian.

Lebih dari itu, Sekjen PBB, Kofi Annan, yang kebetulan berasal dari Afrika, bersama para pemimpin dunia lainnya sedang mengumpulkan dana untuk serangan balik dengan target tidak kurang US $ 7,5 milyar, yang dalam gebrakan pertama telah terkumpul sekitar US $ 1 milyar. Tanpa menunggu aksi internasional beberapa negara telah mengambil prakarsa yang patut diacungi jempol. Uganda telah mewajibkan setiap pertemuan resmi bahwa lima menit pertama harus didahului dengan penjelasan dan informasi tentang HIV/AIDS. Zimbabwe juga telah memberikan komitmen sumber pembiayaan yang sangat tinggi, yaitu 3 persen dari seluruh pajak pendapatan dipisahkan dan disediakan khusus untuk mendukung penanganan masalah
HIV/AIDS.

Kita dari Asia agak lebih beruntung. Jumlah kasusnya yang baru taksir hanya sekitar 780.000 orang di tahun 2000. Sekitar 5,8 juta orang sedang mengidap HIV/AIDS, yang dianggap relatif kecil dibandingkan dengan penduduk Asia yang luar biasa besarnya. Thailand yang pernah menjadi gudang dan terancam serangan virus HIV/AIDS yang sangat dahsyat telah berhasil memaklumkan peran informasi secara besar-besaran dan terbuka terhadap HIV/AIDS, menggalakkan penggunaan kondom dengan gigih. India yang penduduknya hampir menyalip RRC mempunyai tingkat prevalensi yang relatif rendah yaitu sekitar 7 per 1000 penduduk, dengan penderita sekitar 3,7 juta orang, hanya bisa menjadi nomor dua setelah Afrika Selatan dengan jumlah penderita sekitar 4,3 juta orang. Indonesia sendiri dianggap cukup tanggap mempunyai komitmen dan program yang sedang dikembangkan dengan cukup wajar. “Partners” dan lembaga-lembaga donor dalam pertemuan, seminar dan latihan, di Zimbabwe itu sepakat untuk mengajak semua kekuatan pembangunan, pemerintah, masyakarat, bahkan lembaga-lembaga bisnis swasta dan atau perorangan, untuk menyingsingkan lengan baju dan mempunyai keberanian mengembangan program-program advokasi yang mungkin tidak populer dan ditentang oleh kaum moralis yang menganggap bahwa pendidikan dan informasi tentang reproduksi bisa mengganggu keseimbangan pikir dan nalar anak-anak muda kita. Bukti nyata Thailand dengan keterbukaan informasi tentang masalah reproduksi, masalah seksual, masalah-masalah yang di banyak negara masih sangat tabu, telah bisa menyetop mengalirnya HIV/AIDS yang sebelumnya dikawatirkan bakal menghabiskan generasi mudanya. Mereka sekarang sadar bahwa hanya dengan “keterbukaan informasi” maka setiap anak muda dapat menikmati “pilihan demokratis” sikap dan tingkah laku apa yang dapat dilakukannya kalau mendapat godaan dan gangguan reproduksi.

Setiap anggota pengurus dan para penasehat “Partners” yang ikut serta dalam pertemuan di Zimbabawe diminta untuk segera mengajak semua pihak memberikan informasi, pendidikan dan pelayanan reproduksi remaja, tanpa rasa takut tidak mendapat simpati masyarakat sekelilingnya. Lembaga-lembaga dunia siap memberikandukungan moral karena semata-mata untuk menyelamatkan mut manusia dan hak-hak asazinya atas informasi yang benar demi masa depannya yang lebih baik. Mereka yakin bahwa apabila kekuatan moral ini tidak segera bertindak, sementara anak-anak muda terbawa arus modernisasi dengan dinamika yang sangat tinggi, bisa bisa mereka terseret pada bagian-bagian yang kelihatannya nikmat sesaat tetapi membawa
malapetaka yang tidak dapat diobati dikemudian hari. Para peserta yakin bahwa setiap anak muda harus menerima informasi yang benar dengan terbuka dan harus bisa disajikan dengan variasi yang sangat luas, sangat cocok dengan dinamika generasi mudanya, serta sanggup mereka sampaikan secara bertahap kepada anggotanya peernya dengan tepat pula.

Lembaga-lembaga internasional yang ikut hadir dalam pertemuan itu juga meminta perhatian agar setiap peristiwa penting dapat dipergunakan untuk menggalang kemitraan agar informasi dan pendidikan tentang reproduksi remaja dapat diteruskan dengan kecepatan yang tinggi dan menyebar kepada setiap generasi muda, di desa dan di kota, anak orang kaya, anak orang miskin, siapa saja, karena ternyata virus HIV/AIDS tidak perduli keturunan suku, agama, usia, dan bahkan sanggup menular kepada bayi-bayi yang tidak berdosa, atau ibu-ibu yang tidak pernah menyeleweng, atau suami-suami yang tidak pernah selingkuh. Mereka bisa menyebar melalui hubungan suami isteri dan kalau satu saja yang selingkuh dan mendapat oleh-oleh dari partnernya, maka suami atau isteri itu juga akan kebagian oleh-oleh tersebut. Seorang dokter yang mengetahui bahwa seorang bayi terkena virus HIV/AIDS hampir dapat menebak bahwa ibunya juga kena, bapaknya bisa kena, dan barang kali adiknya yang masih dalam kandungan juga bakal terkena virus yang mematikan itu. Afrika telah melakukan serangan balik yang sungguh-sungguh dan dahsyat. Marilah pengalaman Afrika yang menyerang balik dalam keadaan yang porak poranda itu kita jadikan contoh. Kita tidak usah porak poranda baru melakukan serangan balik. Marilah kita kembangkan kerja sama yang erat kita hadang musuh-musuh reproduksi remaja itu dengan kesadaran penuh bahwa siapa saja bisa kena serangan virus HIV/AIDS. Kita persiapkan diri dengan kejujuran dengan integritas yang tinggi serta kita bantu anak-anak muda dengan komitmen dengan langkahlangkah nyata.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar